SD Cendekia: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Dengan Model Pembelajaran Based Learning
Pendidikan sangat penting bagi manusia yang bertujuan untuk memanusiakan manusia serta menjadikan kemampuan dan kualitas yang dimiliki manusia menjadi unggul dan memajukan kehidupan bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dari beberapa penelitian meta-analitik yang dipublikasikan dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian meta-analisis. Hasil uji Effect Size membuktikan bahwa Model Question Based Learning berpengaruh kecil terhadap peningkatan hasil belajar siswa siswa sekolah dasar. Selain itu, hasil model pembelajaran Ancova Problem Based memiliki skor rata-rata 80.0800. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning efektif jika diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar.
1. Pendahuluan
Pendidikan sangat penting bagi manusia yang bertujuan untuk memanusiakan manusia dan menciptakan kemampuan dan kualitas yang dimiliki manusia menjadi unggul dan memajukan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan suatu hal yang direncanakan dalam rangka mewujudkan proses kegiatan belajar mengajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya agar lebih aktif. Perlu diketahui, guna Untuk meningkatkan pendidikan menjadi lebih baik perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus, tentunya dalam proses peningkatan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan hasil dan kualitas yang baik.
Hasil dan mutu pendidikan yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: yaitu faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan faktor internal berasal dari individu peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Terdapat sejumlah sekolah dan siswa yang tidak dapat mengikuti penilaian PISA karena sekolah tersebut merupakan sekolah untuk anak-anak penyandang disabilitas (OECD, 2017b). Hal ini dapat diizinkan oleh OECD jika populasi target kurang dari 5% dan ada alasan yang baik. Sementara itu, persentase sekolah anak berkebutuhan khusus di Indonesia kurang dari 0,11%. atau 1.471 sekolah dengan total 3.892 siswa. Peningkatan pendidikan di Indonesia dapat dilakukan melalui kegiatan pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga pendidik, kelengkapan fasilitas, serta penerapan teknologi informasi dalam pendidikan. Tahun 2000 Ini adalah pertama kalinya Indonesia mengikuti penilaian PISA. Berikut adalah hasil pencapaian sampel Indonesia untuk PISA, dari tahun 2000 hingga 2018 ditunjukkan pada Gambar 1.
Tren Skor PISA Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2018
Pada Gambar 1, hasil ujian PISA Indonesia membuktikan bagaimana
Pengembangan PISA dari tahun 2000 hingga 2018, dengan sedikit pengembangan pada
bidang membaca dan sains, tetapi dalam bidang matematika lebih banyak mengalami perkembangan
besar. Meski hasil pantai sepanjang periode naik, namun di skor PISA 2018
Indonesia relatif terpuruk di segala bidang. Penurunan paling tajam terjadi di bidang membaca
(Pendidikan di Indonesia Belajar Dari Hasil PISA 2018). Hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang diperoleh setelah melalui kegiatan proses pembelajaran (Susanto, 2013). Kondisi saat ini
Hal ini dikarenakan hasil belajar siswa sekolah dasar masih belum sesuai dengan yang diharapkan dan cenderung lebih
Rendah (Adnyani et al., 2020). Oleh karena itu, hasil belajar tidak hanya didukung karena
Kemauan siswa itu sendiri, akan sangat membutuhkan model pembelajaran yang menarik dan harus dipersiapkan oleh seorang pendidik dalam rangka meningkatkan hasil belajar
pelajar.
Menurut Sulfemi dan Mayasari (2019), model pembelajaran adalah pola perencanaan yang
dilakukan untuk menyusun langkah-langkah pembelajaran di kelas selama kegiatan berlangsung
pembelajaran berlangsung. Sedangkan menurut Suryani dan Agung (2018: 8), mengemukakan model
Pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk merancang kurikulum, mengorganisasikan
materi dan memberikan instruksi kepada guru saat mengajar. Dalam hal ini, siswa
membutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu menghubungkan materi dengan
kehidupan dunia nyata. Dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikbud, 2016) menyatakan
bahwa kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan di sekolah untuk mencapai ketiga ranah tersebut
Sasaran pembelajaran K-2013 adalah pembelajaran berbasis penelitian (inquiry learning),
penemuan (Discovery Learning), pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dan
berbasis proyek (Project Based Learning). Model pembelajaran yang cocok untuk
diterapkan pada siswa di sekolah dasar yaitu model Problem Based Learning adalah
model pembelajaran berbasis masalah yang dihadapi siswa. Menurut Anugraheni (2018), model PBL dalam model pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar dan
memprioritaskan masalah nyata baik di rumah, sekolah, dan
masyarakat sebagai dasar untuk membangun pengetahuan dan konsep melalui
keterampilan dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sedangkan menurut
Astari, Suroso, dan Yustinus (2018), model PBL adalah model yang membuat hidup
kehidupan sehari-hari sebagai sumber masalah untuk mendorong rangsangan dan membentuk cara berpikir
dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah. Model PBL pertama dikembangkan
membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir, memecahkan masalah,
dan melatih keterampilan intelektual (Maqbullah et al., 2018; Saputro & Sulasmono, 2019).
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, bermanfaat untuk merangsang siswa dalam berpikir
tingkat tinggi dan siswa juga dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Evinna Cinda Hendriana (2018),
menjelaskan bahwa model PBL memiliki sedikit efek pada hasil
belajar siswa dengan ukuran efek 0,32. Sedangkan menurut penelitian bahwa
dilakukan oleh Aisyah Nofziarni (2019), dengan menggunakan model PBL tergolong sangat tinggi,
dengan hasil belajar nilai maksimal 100 dan nilai minimal 64. Melalui
Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap
signifikan terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar. Hal ini membuat peneliti melakukan penelitian tentang
Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Meta Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Dengan Model Berbasis Masalah”
Sedang belajar”. Sehingga penelitian ini dapat dilakukan untuk menganalisis “Apakah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dari beberapa penelitian eksperimen yang diterbitkan mampu
Pengaruhnya dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar?”.2. METODE PENELITIAN
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian meta analisis. Menurut
Anugraheni (2018: 12) menyatakan bahwa Meta analisis adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan data penelitian yang kemudian melakukan proses mereview
dan menganalisis data yang ada dari beberapa hasil penelitian sebelumnya. Pengumpulan data
dilakukan dengan menelusuri dan menganalisis jurnal melalui google cendekia. Kata kunci yang
dipakai oleh peneliti dalam penelusuran jurnal adalah Meta Analisis, Problem Based Learning,
Hasil Belajar. Penelusuran yang dilakukan dengan kata kunci tersebut memperoleh beberapa
jurnal sesuai kata kunci dan kriteria peneliti yaitu problem based learning dalam meningkatkan
hasil belajar siswa SD.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan yaitu untuk mengetahui meta-analisis dalam
meningkatkan hasil belajar siswa SD dengan model problem based learning. Analisis model
pembelajaran tersebut dilaksanakan guna menguji hipotesis. Pada penelitian ini menggunakan
uji hipotesis, yang memiliki tujuan mengetahui tentang hipotesis diterima atau ditolak. Jika hasil
nya Ho berarti tidak memiliki suatu perbedaan signifikan dari model PBL dalam meningkatkan
hasil belajar siswa SD. Kemudian jika hasil nya Ha berarti memiliki suatu perbedaan signifikan
dari model PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD.
Adapun hasil perhitungan pada hipotesis yang telah dilaksanakan melalui uji Ancova
dapat di lihat pada tabel 7, dengan nilai Sig. 0,003 yang beararti lebih kecil < 0,05. Berdasarkan
hasil uji Ancova, f hitung > f tabel yaitu 17,889 > 10,13 dan signifikasinya 0,003 < 0,05 yang
membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk perhitungan Effect Size melalui hasil
Partial Eta Squared sebesar 0,691 dengan nilai Sig. sebesar 0,003. Hal tersebut membuktikan
bahwa model PBL memberikan pengaruh kecil dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD.
Presentase Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Problem Based Learning (PBL)
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan pada artikel yang terbukti
mendapatkan sampel dari 5 artikel yang signifikan dan kemudian dianalisis untuk
Untuk mengetahui hasil belajar digunakan nilai rata-rata pretest dan posttest pada model PBL dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Adapun hasil pretest dan posttest yang
diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel 1 dapat
terlihat rata-rata peningkatan hasil belajar siswa SD yang menggunakan model PBL dimulai
dari skor terendah 1,9% dan skor tertinggi 31,15% dengan rerata 20,07% (lihat tabel 2).
Komprasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar
Pada tabel 2 menunjukkan komparasi hasil pengukuran rata-rata skor pretest dan posttest
memiliki selisih 20,07%. Berikut merupakan komparasi data model PBL yang disajikan dalam
bentuk diagram.
4. KESIMPULAN
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model yang efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa SD. Adapun nilai rata-rata skor posttest berjumlah 80,08 lebih
besar dari hasil pretest 60,01. Hal ini dibuktikan melalui uji ancova. Hasil Partial Eta Square juga
membuktikan 0,691 dengan nilai Signifikansi sebesar 0,003 yang dihitung melalui Effect Size.
Hasil ini telah menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh kecil dalam meningkatkan hasil
belajar siswa SD.
Disarankan ketika dalam melaksanakan penelitian kedepannya dapat melakukan
pendataan lebih lanjut dan lebih teliti lagi, guna memperoleh variabel yang efektif diperlukan.
Kemudian diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi suatu rekomendasi untuk seorang
pendidik dalam menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain ketika melakukan penelitian selanjutnya lebih
lengkap dan mendalam.
Kata kunci: meta analisis; pembelajaran berbasis masalah; hasil pembelajaran.
Belum ada Komentar untuk "SD Cendekia: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Dengan Model Pembelajaran Based Learning"
Posting Komentar